Minggu, 07 Agustus 2011

DOA ANAK SEMBUHKAN KANKER


Henry Wahyudi, pada bulan Oktober 2002 mengalami suatu benjolan di lehernya yang sangat mengganggu.
“Saya pikir benjolan itu biasa dan saya tidak hirau lagi. Tapi tambah lama kok fisik saya agak sedikit menurun. Nah dari situlah saya mulai berobat ke dokter umum”.
Setelah berpindah-pindah dokter, akhirnya pada dokter ke-12, diambillah cairan dari leher Henry untuk didiagnosa.
Ternyata hasil diagnosa adalah kanker ganas. Istri Henry, Hilda, merasa tidak berdaya. Dia menangis terus karena mengingat anak-anak yang jelas masih memerlukan papanya. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk berangkat ke Singapura. Di Singapura, Henry menjalani berbagai diagnosa dan terapi, tetapi hasilnya tetap sama. Henry mengidap penyakit kanker jenis Limpoma bahkan sampai stadium 4b.
Menurut dokter, Limpoma 4b yang menyerang kelenjar getah bening di daerah leher, dapat menyebar ke arah otak, ke arah paru-paru, dan kedalaman bagian perut yang lain, juga ke tulang belakang. Hal itu menimbulkan gangguan yang luar biasa, menimbulkan keadaan cacat penderitaan pada yang bersangkutan bahkan sampai akhir hidupnya.
 “Kanker itu tidak hanya menyerang di leher saya, tapi sudah sampai ke ketiak saya, di paru-paru saya, bahkan di perut saya, dan terakhir di tulang belakang saya.
Anak Henry, Eirin, yang sangat terpukul karena penyakit ayahnya ini menuturkan suatu kesedihan mendalam melihat papanya yang tidak bisa jalan sehingga harus memakai kursi roda. “Aku sedih banget lihat keadaan papa, dan aku tahu papa berusaha tenang, dan tidak mau membuat aku sama mama kuatir. Tapi aku tahu papa dalam hatinya juga pasti sedih banget karena menderita sakit kanker dengan stadium 4b”.
Menjelang Natal, pada tanggal 23 Desember 2002 keadaan Henry makin memburuk. saat-saat yang biasa dinikmatinya bersama keluarga, tidak ia rasakan lagi karena harus berbaring di rumah sakit. Dalam keadaan seperti itu, Eirin memutuskan untuk melakukan sesuatu yang indah. Dia berdoa.
“Ketika tanggal 24 malam, waktu itu aku berdoa sama Tuhan. Aku bilang “Tuhan, biasanya aku selalu sibuk dengan acara-acara Natal, kalau biasanya aku bisa menyumbagkan sesuatu untuk acara Natal, tapi di Natal tahun ini aku minta hadiah yang benar-benar dari Tuhan. Aku mau Tuhan sembuhkan papa, meskipun kanker papa stadium 4b. Aku minta Tuhan. Aku tahu Tuhan pasti bisa menyembuhkan papa. Aku minta hadiah dan aku minta Tuhan sembuhkan papa dan aku ingin lihat mujizat Tuhan pada saat Natal. Aku tahu mujizat Tuhan masih ada.”
Saat Eirin beriman, sesuatu terjadi. Ketika dia berdoa, dia benar-benar merasa kalau tangan Tuhan sedang menjamah leher papanya yang besar itu, dan Henry juga merasakan hal yang sama.
Pagi harinya, mujizat itu benar-benar telah terjadi. “Benjolan di leher saya yang sebesar telor bebek tahu-tahu bisa mengecil. Mengecil seperti telor burung, sehingga plester yang ada jadi mengkerut”.
Dokter yang datangpun menyatakan bahwa kanker itu sudah kempes! Kegembiraan spontan menguasai Eirin serta ibunya. Mereka meloncat-loncat dan mengucap syukur pada Tuhan karena kebaikannya.
“Leher papa kan benar-benar bengkak sampai tulang di bawah leher tidak terlihat sama sekali. Ketika lihat leher papa tidak bengkak lagi dan aku sudah melihat tulang disini, aku yakin banget kankernya sudah tidak ada. Dan ternyata memang Tuhan sudah menyembuhkan secara mujizat. Ternyata doa aku yang kemaren malem itu Tuhan dengar, meskipun kata-kataku tidak bagus, dan doanya juga tidak bagus tapi aku tahu Tuhan dengar doa aku. Dan aku benar-benar kaget, senang, karena jawaban doa Tuhan itu benar-benar cepat”.
Dokter yang datang kemudian menyatakan bahwa ini adalah suatu mujizat yang sangat luar biasa. Hasil scan lagi dirumah sakit juga menyatakan bahwa ia sembuh total. Dokter berkata bahwa jika seseorang bisa pulih lalu bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan normal seolah-olah tidak ada gangguan apa-apa, itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Itu adalah suatu mujizat. Dan didalam dunia medis, jarang ditemukan hal seperti itu.
Kini Henry segar dan sehat, seperti sedia kala. “Dengan kejadian ini, saya bisa merasakan bahwa tangan Tuhan itu luar biasa pada anak-anakNya yang berharap kepadaNya. Dan Dia adalah Allah yang perduli dan Allah yang mengerti”.
Mujizat masih terjadi dan Tuhan kita adalah Allah yang menjawab doa dan permohonan kita. Henry-lah salah satu saksi hidup betapa luar biasanya Allah kita!

miracle..





Sally baru berumur 8 tahun ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit keras dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang  sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mujizat yang dapat menyelamatkan kakaknya. Sally masuk ke kamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah menghitung jumlah uangnya. Dia memasukkan uang koin tersebut ke dalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil.


Akhirnya dia keluar dan menemui Sally.  “Apa yang kau mau?”  tanya si apoteker dengan keras. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya.”

“Baik, saya ingin berbicara tentang kakak saya,” Sally menjawab dengan nada yang sama “Dia sakit, dan saya ingin membeli mujizat.”

“Maaf, apa yang kamu katakan ?” kata si apoteker.

“Ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyelamatkan kakak saya, nah sekarang  berapa harga mujizat itu ?”

“Kami tidak menjual mujizat di sini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu.”

“Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya,”  kata Sally dengan lantang.

Seorang pria berpakaian rapi duduk jongkok di hadapan Sally dan bertanya,”Mujizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?”

“Saya tidak tahu,” jawab Sally. Airmata mulai mengalir di pipinya “Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyembuhkannya.”

“Berapa banyak yang kau punya?” tanya pria itu. “Satu dollar 11 sen,”  jawabnya dengan bangga. “Dan inilah semua uang yang  saya punyai didunia ini.”

“Wah, suatu di luar logika,” senyum pria tadi 1 dollar 11 sen. Harga yang tepat untuk sebuah mujizat.

Dia mengambil uang itu, lalu dengan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata,”Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu”.

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia terharu pada perjuangan Sally kecil yang masih 8 tahun dalam mencari mujizat dengan uang celengannya. Dr. Carlton Armstrong merasa tergerak oleh belas kasihan untuk membantu operasi bedah dalam penyembuhan kakak Sally. Operasi berjalan sempurna dan Georgi, kakak Sally diselamatkan. Sebuah operasi yang luar biasa dan ajaib karena keluarga Sally tidak perlu mengeluarkan uang, selain tabungan Sally yang diberikan kepada dokter itu.
                               
Sebuah kebijaksanaan bisa kita pelajari dari kisah nyata ini. Ketulusan dan kasih akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu mencari jalan keluar. Si Sally tidak punya uang yang cukup, tidak punya tenaga yang cukup, tetapi kasih yang tulus, itulah yang mendorong dia untuk menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke toko obat dan berusaha keras mencari pertolongan. Ketulusan dan kasih memberi dorongan yang kuat untuk seseorang mencari jalan keluar. Bila kita ada masalah, biarlah kasih dan ketulusan yang memerintah hati kita, sehingga dengan bijaksana kita akan mencari jalan keluar.
NELSA XII IPS 4 SMAN 106 JAKARTA "I HATE PLAYBOY"